Seleksi SAPALA (Santri Pecinta Alam) Pondok Tahfizh Plus Abu Dzar

Seleksi SAPALA (Santri Pecinta Alam) Abu Dzar merupakan proses rekrutmen khusus yang dirancang untuk membentuk generasi tangguh, disiplin, dan berkarakter kuat. Seleksi ini tidak hanya menguji aspek fisik, tetapi juga mental, spiritual, dan kemampuan adaptasi peserta terhadap lingkungan dan kondisi yang menekan.
 Lapangan Pondok – 21.30 WIB
Dalam senyapnya malam dan di bawah penerangan terbatas, seluruh peserta berkumpul untuk menjalani tes mental awal sebelum diberangkatkan. Dengan mata tertutup, mereka diuji keberanian dan keyakinannya untuk melanjutkan perjalanan seleksi ini. Tak ada suara selain instruksi tegas dari panitia, suasana dibuat serius dan penuh tekanan.

Di momen ini seluruh peserta diminta menutup mata, serta mereka diminta jujur pada diri sendiri — siapa yang ragu, dipersilakan angkat tangan tanpa terlihat oleh peserta lain. Keputusan yang mereka ambil pada detik tersebut menentukan apakah langkahnya terus maju atau berhenti sampai di sini.

Dari 56 peserta, sebanyak 10 orang mengundurkan diri, sehingga hanya 46 peserta yang melanjutkan seleksi.

Perjalanan Malam (± 7 km) Menuju Gunung Dago

Peserta diberangkatkan berdua (2 orang tiap keberangkatan), tanpa membawa senter. Mereka hanya dibekali peta dan petunjuk dasar navigasi, dan tetap diwajibkan membawa beban:

  • SMP : 10 kg
  • SMA : 13 kg

Perjalanan sepanjang ±7 km dilakukan melalui jalur yang minim cahaya. Keheningan dan kegelapan menjadi tantangan utama, menguji keberanian, ketenangan, dan kemampuan kerja sama.


Ujian Pos

Perjalanan terdiri dari 4 pos ujian:

PosJenis TesTujuan
Pos 1Tes Fisik RinganDaya tahan tubuh
Pos 2Tes MentalKeberanian & pengendalian emosi
Pos 3Tes Navigasi & TimKerja sama dan pemetaan
Pos 4Tes Tekanan Mental & FisikKetahanan akhir dan pengambilan keputusan

Tiba di Area Camp (Sekitar Pukul 02.00 WIB)

Seluruh peserta tiba di area perkemahan sekitar pukul 02.00 pagi. Meskipun fisik sangat lelah, mereka harus langsung membangun tenda masing-masing secara mandiri. Baru setelah tenda berdiri kokoh, peserta diperbolehkan beristirahat.

Sholat Subuh dalam Kondisi Lapangan

Saat waktu Subuh tiba, peserta dibangunkan segera untuk melaksanakan sholat berjamaah. Sholat dilakukan langsung di area camp tanpa sajadah dan tetap memakai sepatu.

Sebelum sholat, panitia memberikan penjelasan tentang fiqih sholat dalam kondisi darurat, bahwa sholat tetap sah dilakukan tanpa sajadah dan dengan sepatu, selama bebas dari najis. Momen ini mengajarkan bahwa ibadah harus tetap ditegakkan di kondisi apapun.

“Seorang petualang sejati tetap menjaga ibadahnya meski kondisi tidak bersahabat.”

Morning Spirit – Menguatkan Semangat

Setelah sholat, peserta mengikuti sesi “Morning Spirit” yang dipandu langsung oleh Koordinator Kesantrian dan Penanggung Jawab SAPALA. Dalam sesi ini disampaikan:

  • Motivasi tentang ketangguhan mental dan spiritual,
  • Pentingnya niat dan kebersamaan,
  • Pembekalan dasar tentang keselamatan dan etika di alam bebas.

“Jika malam tadi kalian berjalan dalam kegelapan tanpa cahaya, hari ini belajarlah berjalan dengan cahaya iman.”

Sarapan Mandiri

Untuk sarapan, peserta tidak disajikan makanan, melainkan hanya diberikan beras, telur, dan mie. Mereka wajib memasak sendiri menggunakan nesting dan memakan hasil masakan mereka sendiri—baik enak atau tidak, apa adanya.

Hal ini melatih:
✔ Kemandirian
✔ Kemampuan adaptasi
✔ Kreativitas dalam kondisi terbatas
✔ Tanggung jawab atas hasil usaha sendiri


Perjalanan Pulang – Ujian Terakhir

Perjalanan pulang dimulai pukul 08.00 pagi dengan rute yang sama seperti saat berangkat. Namun kali ini tantangan berbeda: teriknya matahari pagi menuju siang menggantikan gelapnya malam.

Mereka tetap membawa beban sesuai ketentuan, meski fisik telah sangat lelah dan waktu istirahat minim.

Gelap malam menguji keberanian, panas matahari menguji keteguhan.

Sekitar pukul 11.00 WIB, seluruh peserta tiba kembali ke pondok Alhamdulillah dalam kondisi selamat dan sehat.


Refleksi Akhir

Seleksi SAPALA Abu Dzar mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya fisik, tetapi juga:
✔ Keteguhan mental
✔ Ketaatan dalam ibadah
✔ Kemandirian dalam bertindak
✔ Kemampuan bertahan dalam tekanan
✔ Kerja sama dan jiwa kepemimpinan


Penutup

🌿 “Mereka berangkat menembus gelap membawa harapan, dan pulang menghadapi panas membawa keteguhan. Dari perjalanan ini lahir jiwa-jiwa SAPALA sejati—yang melangkah dengan keberanian, menjaga adab dalam ibadah, dan tetap kokoh dalam kondisi tersulit.”

Dokumentasi Lengkap

Tonton video dokumentasinya di:
https://www.instagram.com/reel/DRUEsyIk_rH/?igsh=NXBodG8wZG94YW01

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *